Photobucket Photobucket
LASQI-LPPSN
*** MEMBUKA WAWASAN TENTANG DUNIA NASYID PERKUSI SECARA KHUSUS DAN MENGULAS KONSEP MUSIK SECARA UMUM *** INSIGHT ON OPENING NASHEED PERCUSSION SPECIFICALLY AND TALK ABOUT THINGS RELATINGS MUSIC WITH GENERALLY *** BERBAGI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN DALAM KHASANAH NASYID PERKUSI *** SHARING KNOWLEDGE AND EXPERIENCE IN NASHEED PERCUSSION REPERTOIRE *** BERBAGI PENGETAHUAN, PENGALAMAN, BERITA, DAN APAPUN YANG MEMBERI PENCERAHAN DAN HARAPAN PADA PENCAPAIAN TERBAIK *** SHARING KNOWLEDGE, EXPERIENCE, NEWS, AND EVERYTHING THAT CAN GIVE ENLIGHTENING AND EXPECTATIONS ON BEST ACHIEVEMENT ***

Minggu, 30 Januari 2011

CARA MEMBUAT KOOR KONTEMPORER LAGU NASYID

Assalamu'alaikum wr.wb.

Mungkin banyak di antara Sahabat Nasyider bertanya-tanya bagaimana membuat koor kontemporer (karya sendiri) untuk mengiringi lagu-lagu nasyid yang difestivalkan. Sebenarnya sangat mudah untuk membuatnya, salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mengambil beberapa irama musik dari lagu lain yang seirama dalam segi maqam dengan lagu yang difestivalkan, hanya saja mungkin terasa agak sedikit kurang menyenangkan karena kita akan di cap sebagai tukang contek atau bahasa kerennya tukang jiplak atau bahasa gaulnya lagi tukang plagiat,,heheh.
SmileyCentral.com

Tapi kita kesampingkan saja hal itu karena sampai sekarang belum ada kok larangan resmi dari LASQI ataupun LPPSN tentang acara contek-contekan dimaksud. Berikut ini adalah beberapa tips untuk membuat koor buat para Sahabat Nasyider yang ingin menjadi pelatih nasyid perkusi.

Salah satu cara membuat koor yang paling sulit adalah dengan menciptakan sendiri koor tersebut dari musik yang kita ciptakan. Untuk dapat melakukan hal ini syarat pertama yang harus kita punya adalah pengetahuan tentang maqam (baca posting sebelumnya tentang maqam)yang memadai. Selain itu sebaiknya kita bisa memainkan salah satu alat musik walaupun alat yang paling sederhana misalnya recorder ataupun pianika. Pertama-tama yang kita lakukan adalah menganalisis maqam lagu yang akan difestivalkan. Lihat juga durasi musik asli lagu tersebut seberapa lama, hal ini untuk menyeimbangkan durasi musik yang akan kita tambahkan pada lagu tersebut. Pilih di bagian mana sebaiknya kita menambahkan musik ciptaan kita agar karakter koor yang dibuat bisa lebih menyatu dengan lagu yang difestivalkan. Selanjutnya ubah musik Sahabat Nasyider dalam bentuk koor dan proses selesai. Resikonya adalah salah maqam dan kadang sering lupa urutan iramanya.

Cara lain yang sedikit lebih mudah adalah dengan cara menjiplak musik lagu lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan lagu yang akan difestivalkan. Jika Sahabat Nasyider ingin mencoba silakan cari terlebih dahulu lagu-lagu lain yang senada, mirip atau katakanlah nyambung dengan lagu yang akan difestivalkan. Selanjutnya pilih musik asli dari lagu yang akan dicontek untuk dipindahkan. Namun sebelumnya tentukan dulu apakah musik tersebut diletakkan sebagai intro, pertengahan atau ending. Setelah itu hapalkan musik tersebut dengan cara koor (baca posting sebelumnya tentang koor). Nah..agar tidak disebut raja contek, ubahlah sedikit irama koor itu dengan improfisasi sesuai dengan keinginan atau kemampuan pribadi. Jreeng...koor jadi dan sudah siap untuk ditampilkan. Kelemahan cara ini adalah kebanyakan irama lagu hasil jiplakan sebenarnya nggak terlalu nyambung dengan lagu-lagu nasyid yang difestivalkan, malah akhirnya bisa total salah maqam karena pasti akan terasa aneh musik lagu A tiba-tiba nempel dan masuk jadi bagian pada lagu B. Beruntung kalau musik lagu yang kita ambil tidak populer. Selain itu sebenarnya kita membatasi diri untuk kreatif, malah kita khawatirkan orang sekeliling akan ngatain kita "crop aktif". Heheh, but it's oke.

Cara yang paling mudah dan aman adalah dengan membuat koor dari musik asli lagu yang difestivalkan. Sahabat Nasyider hanya perlu menambahkan sedikit improfisasi pada musik asli tersebut tanpa harus merubah total irama musik aslinya. Malah kebanyakan para juri menyukai ini ketimbang merubah musik aslinya. Silakan pilih cara yang menurut Sahabat Nasyider menarik untuk dicoba.Hehe

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Kamis, 27 Januari 2011

QASIDAH DAN NASYID DALAM VERSI "ORANG SUMATERA UTARA"

Assalamu'alaikum wr.wb.

Orang Sumatera Utara mungkin memiliki perbedaan tentang mana yang mereka sebut qasidah dan mana yang mereka sebut nasyid. Namun sebelum kita melihat persepsi itu ada baiknya kita sedikit "mencolek" tentang apa itu qasidah dan apa itu nasyid. Berikut adalah penjelasan umum tentang qasidah dan nasyid dalam beberapa literatur.

Qasidah merupakan 'kata/istilah' yang diadopsi dari bahasa yang dipakai di semenanjung Arabia. Dalam banyak literatur menyebutkan bahwa istilah ini merujuk pada arti 'lagu'. Dan adapula yang menerjemahkannya sebagai 'nyanyian yang mengandung syair'. Malah dalam bahasa yang lebih ekstrim istilah ini diartikan sebagai sihir, namun bukan sihir dalam konotasi negatif melainkan karena keindahan iramanya yang mampu membuat orang terlena, tertegun dan takjub oleh keindahan iramanya.

Bagaimana dengan nasyid ? Ternyata istilah ini juga datang dari tempat yang sama, yaitu semenanjung Arabia. Dalam khasanah Arabic, nasyid berarti 'senandung'. Berakar dari kata 'ansyada-yunsyidu' yang berarti 'bersenandung'. Namun, ada sedikit dilema mengenai penerjemahan kata ini karena dalam beberapa pendapat menyebutkan bahwa istilah nasyid tidak merujuk pada arti 'bersenandung'. Disebutkan bahwa dalam khasanah Arabic terdapat kata khusus untuk menyebut kata 'bersenandung' yaitu 'Al-Ghina'. Tapi menariknya, orang yang bersenandung malah disebut 'munsyid'.
Kita lewati perdebatan itu. Dalam asumsi yang lebih sederhana mengenai makna asli kata 'nasyid', secara umum nasyid diartikan sebagai madah yang mengandung rangkaian pesan yang tinggi terutama yang berkaitan dengan keimanan. Dalam perkembangannya sendiri, nasyid menjadi tradisi penyampaian dakwah lewat seni yang berkaitan langsung dengan pemahaman religi, khususnya Islam.

Secara umum, hampir semua wilayah di Indonesia memilki terjemah dan versi tersendiri dalam menempatkan kedua istilah ini dalam bentuk kesenian, namun semuanya sepakat bahwa kesenian ini 'dilabel dalam bingkai Islam'. Dalam kesempatan ini kita hanya mengurai pada dua kawasan, yaitu di tanah Batak dan di tanah Jawa.

Sekelompok orang yang sedang melantunkan puji-pujian dan diiringi oleh instrumen perkusi rebana sudah barang tentu dikenal sebagai 'qasidah rebana' di tanah Jawa. Banyak sekali ragam bentuk kesenian ini, namun titik temunya tetap berada pada satu pemahaman yaitu 'qasidah rebana'.
Berbeda dengan orang Sumatera Utara, istilah qasidah menempati kolom khusus dalam pemahamannya. Orang Sumatera Utara merasa kurang familiar untuk menyebutkan sekelompok pemain rebana dimaksud sebagai tim atau grup qasidah rebana. Atau barangkali tidak akan pernah menyebutnya sebagai tim atau grup qasidah.

QASIDAH DI SUMATERA UTARA
Qasidah memiliki bentuk khusus di tanah Batak ini. Kesenian qasidah terdiri atas seorang atau beberapa orang yang akan saling bergantian dalam melantunkan syair-syair yang sudah ditetapkan. Seni qasidah dalam versi ini sama sekali tidak merekrut pemain perkusi. Secara umum bentuk seni ini ditampilkan dalam bentuk duduk bersila. Adapun syairnya telah baku dan telah tersusun sebagai kitab barzanji yang berisi madah dengan tuntunan maqam tertentu (silakan baca posting sebelumnya tentang maqam). Bentuk kesenian ini murni menampilkan kemampuan olah vokal dengan karakter yang mungkin sangat berbeda dengan pemahaman vokal lainnya. Ada kemiripan dengan Tilawah Qur'an, yang menjadi perbedaanya adalah pada ketiadaan tajwid dan sifat huruf yang tidak terlalu ketat seperti halnya tilawah Qur'an. Satu hal yang perlu diketahui, bahwa seni ini tidak populer di kalangan remaja masa kini, sehingga sangat dikhawatirkan kesenian ini akan hilang seiring semakin berkurangnya generasi terdahulu.

BAGAIMANA DENGAN NASYID ?
Nasyid adalah kesenian religi yang paling populer di Sumatera Utara. Hampir semua lapisan masyarakat tertarik dengan kesenian ini. Tim qasidah dalam versi tanah Jawa adalah nasyid dalam versi tanah Batak. Entah bagaimana (mungkin tak berlebihan jika saya sebut kontrovesi ini bermula,heheh). LASQI (Lembaga Seni Qasidah Indonesia) adalah lembaga yang bertanggung jawab membina dan mengembangkan seni ini di Indonesia. Secara umum seluruh Indonesia memakai nama lembaga ini untuk menyebut keberadaan pembinaannya, namun agak berbeda dengan Sumatera Utara karena dalam pembinaanya mereka lebih menspesialisasi sasarannya, yaitu nasyid. Maka bentuk lembaganya adalah LPPSN (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Nasyid). Hal ini dapat dimaklumi, karena jika memakai istilah qasidah maka arah peminaannya akan berbelok 360 derajat menjauh dari nasyid perkusi rebana.

Apakah ini sebuah pemberontakan ? Heheh, saya rasa tidak, karena ada alasan kuat yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan tersebut. Namun yang jelas,apapun penyebutannya masing-masing daerah tetap saling menghargai dan memahami perbedaan versi tersebut. Cuma beda di "it's name" doang, toh yang dimaksud sama. Terakhir I'M PROUD TO BE AN INDONESIAN, negeri ini kaya akan khasanah budaya. Nyok, kite pertahankan !!! Wassalamu'alaikum wr.wb.






SmileyCentral.com

Minggu, 23 Januari 2011

MAQAM LAGU DALAM SENI NASYID PERKUSI REBANA

Dalam dunia musik Nasyid Perkusi dikenal sebuah istilah "maqam" untuk menandai sebuah irama lagu yang dipertandingkan. Istilah maqam sendiri diadopsi dari literatur Arab yang dalam arti sederhana berarti "kedudukan" . Kaitannya adalah bahwa dalam literatur Arabic dikenal sebuah pemahaman bahwa ada semacam keteraturan konkrit yang melandaskan sebuah lagu pada konsep irama yang telah baku. Hal ini mungkin hanya dapat dipahami oleh kalangan terbatas diluar jazirah Arab karena konsep demikian tidak dikenal dalam dunia musik kontemporer terutama musik Barat.

Mas Tukul bilang " Kembali ke Lap.....top !!" (hehehe). Jadi apa sebenarnya fungsi maqam tersebut sehingga diadopsi dalam dunia seni Nasyid Perkusi ? Salah satunya adalah untuk melihat kemampuan tim terutama vokalis mempertahankan alur kedudukan lagu yang sudah ditetapkan berdasarkan maqamnya. Lagu-lagu yang dipertandingkan umumnya adalah lagu-lagu Arab dan lagu-lagu qasidah Indonesia yang bernuansa Arabian. Mungkin sebahagian pembaca akan menilai bahwa lagu-lagu yang dinyanyikan itu pasti akan terdengar monoton dan terkesan stagnan karena sepertinya "terikat ketat" pada aturan alur baku dari sebuah maqam.

Memang sepintas lalu kita melihat bahwa ada kejenuhan dalam istilah maqam ini karena mengekang lagu untuk berekspansi membetuk karakter lagu yang hidup. Hal ini mungkin benar bila kita menganggap bahwa maqam itu cuma 1 (satu). Ternyata kenyataannya maqam lagu itu sangat banyak sekali dan sebuah lagu kadang terdiri dari beberapa maqam. Jika kita misalkan lagu yang akan dinyanyikan terdiri dari 4 (empat) bait syair bisa kemungkinan setiap bait merupakan irama lagu dengan maqam yang berbeda. "Wadaw....makin bingung nih."



SmileyCentral.com

Menariknya lagi, ternyata sebuah maqam terdiri dari kepingan-kepingan irama mulai dari irama yang rendah, sedang dan tinggi. Dan irama-irama itu tentunya tidak akan terlepas dari kaidah maqam secara keseluruhan. Jika sebuah lagu terdiri dari 4 (empat) bait syair, terdiri dari 4 (empat) maqam yang berbeda untuk setiap baitnya maka bisa kemungkinan setiap maqam terpecah pada 3 (tiga) bagian irama sehingga secara keseluruhan sebuah lagu akan memiliki 12 (dua belas) irama konkrit yang telah baku.

Bagaimana dengan improfisasi ? Di sini merupakan titik penting bagi sebuah tim atau seorang vokalis untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar telah memahami konsep maqam pada sebuah lagu. Improfisasi dalam dunia musik Arabian yang diadopsi Nasyid Perkusi tidak semata-mata hanya bermain pada kualitas suara, teknik vokal seperti vibrati ataupun kemampuan falseto dan yang lainnya, tapi improfisasi musik Arabian juga melihat bagaimana kemampuan tim atau vokalis memadukan beberapa maqam dalam satu maqam inti. Untuk hal ini dapat dijelaskan bila Anda terjun langsung mempelajarinya dalam seni Nasyid. Selain itu Anda juga mungkin dapat bertanya dan mempelajari konsep ini pada Qari'-Qari'ah karena pada dasarnya mereka tentu mempelajari berbagai maqam ini termasuk improfisasinya sebagai seni baca Al-Qur'an.

Buat yang ingin tahu apa saja contoh maqam yang dikenal dalam seni Nasyid Perkusi bisa didownload pada salah satu iklan di blog ini. capek juga ya, gak terasa dah banyak juga nih ngetiknya....lain kali kita sambung lagi sama cerita yang lain. Oke....
Jangan lupa, ada musik dari belahan dunia lain yang memiliki kualitas dan cita rasa yang sangat tinggi dan tidak semua orang bahkan musisi bisa benar-benar mampu mempelajarinya. Gak salah ya kalo itu teman-teman masukkan dalam daftar belanja ilmu pengetahuan. Terimakasih udah baca posting sederhanaku.



SmileyCentral.com

Sabtu, 22 Januari 2011

KOOR PADA SENI NASYID PERKUSI

Assalamu'alaikum wr.wb.

Koor merupakan pemaduan suara (blending voice) yang menitik beratkan pada konsep keharmonisan dari berbagai timbre sehingga terbentuklah suara yang padu. Dalam hal ini, koor dalam dunia nasyid perkusi berbentuk homotone karena pria dan wanita tidak koor bersama. Jika pria dan wanita berada dalam satu koor maka akan berbentuk heterotone. Suara pria terbagi atas tiga jenis yaitu bass, bariton dan tenor. Sedangkan suara wanita juga terdiri atas tiga jenis yaitu alto, mezosoprano dan soprano.

Koor yang baik di dalamnya tidak harus terdiri atas tiga jenis suara. Yang perlu diperhatikan adalah intonasi dari setiap bagian suara yang berbeda. Suara nyaring lebih tepatnya diletakkan pada bagian oktaf atau falseto, hal ini untuk menghindari terjadinya dominasi suara. Suara terbanyak adalah suara dasar yang terdiri atas tone awal musikal yang bersandar pada tone solois. Tone awal akan menentukan jenis suara dasar apakah akan terdiri dari suara bass, bariton atau tenor. Dengan kategori nasyid putra, dengan suara dasar bass maka yang ideal adalah 60% suara dasar dari jumlah total voice, sedangkan 40% terdiri atas suara bariton dan tenor/oktaf. Namun bila intensitas suara dasar tidak mampu mendominasi total voice maka jumlahnya dapat ditingkatkan menjadi 70%. Sedangkan 20% diisi oleh suara bariton dan 10% diisi oleh tenor/oktaf. Dalam kategori nasyid putri, dengan suara dasar alto maka yang ideal juga 60% suara dasar dari jumlah total voice, 40% terdiri atas suara mezosoprano dan soprano/oktaf. Namun bila intensitas suara dasar tidak mampu mendominasi total voice maka jumlahnya dapat ditingkatkan menjadi 70%. Sedangkan 20% diisi oleh suara mezosoprano dan 10% diisi oleh soprano/oktaf.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

(dari berbagai sumber)

Jumat, 21 Januari 2011

TEKNIK KOOR PADA TIM NASYID PERKUSI

Assalamu'alaikum wr.wb

Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan secara ringkas bagaimana sebenarnya teknik koor (paduan suara/choir)pada tim nasyid perkusi. Untuk menciptakan power pada sekelompok orang yang mengeluarkan bunyi suara dalam rentang waktu yang bersamaan, dibutuhkan intensitas bunyi suara yang kuat. Apalagi tim paduan suara dalam dunia nasyid perkusi merangkap sebagai tim instrumen perkusi (ensemble percussion, tentu bukan hal yang mudah untuk mensinergikan antara memukul perkusi dan mengeluarkan suara yang tegas dalam alur nada yang juga cukup rumit. Selain itu kekuatan suara ini juga untuk mengimbangi suara dentuman gema perkusi rebana yang terdiri atas sepuluh jenis, mulai dari suara dentuman yang rendah sampai yang tertinggi sekaligus yang cukup berisik seperti halnya tambourin. Maka dalam hal ini diperlukan pula teknik permainan perkusi yang akan kita bahas untuk posting selanjutnya.

Bunyi koor yang bisa menciptakan power adalah bunyi yang tersusun atas bunyi konson dan vokal, misalnya "wa,la,ya,da,na dan yang lainnya". Secara umum dalam dunia nasyid perkusi memakai LA dalam koornya. Namun, sebelum menuju pada teknik pengucapan koor la, perlu kita ulas sejenak bagaimana bla koor itu adalah menggunakan bunyi tunggal, yaitu 'A'. Bila pengucapan koor ini lepas begitu saja tanpa ada pengolahan apapun, maka bunyi 'a' tersebut akan tipis tanpa power, malah akan terdengar cemplang dan lambat laun akan tenggelam di bawah bunyi dentuman alat perkusi. Selain itu resiko terdengarnya suara fals amat besar, hal ini disebabkan karena tidak adanya kontrol dalam pelepasan suara vokal yang hanya terlepas begitu saja.

Suara vokal 'a' harus diletakkan pada pangkal tenggorokan. Untuk memproses itu maka kita harus mengimpor huruf vokal baru yang berkaitan dengan gerak tenggorokan, yaitu 'o'. Hasil pencampurannya adalah "a"+"o"=ao-a'. Bunyi vokal 'a' ditarik menuju tenggorokan dan bibir yang membentuk karakter vokal 'o'. Dalam bahasa kasarnya mulut membentuk pengucapan 'o' namun vokal yang dikeluarkan adalah 'a'. Sepintas kita akan melihat teori ini sangat sulit untuk dilakukan, karena berdasarkan asumsi bahwa huruf yang keluar berbanding lurus dengan posisi kerongkongan dan bibir. Tentu hal ini benar, namun disinilah trik kita untuk memanipulasi fakta ini. Perlu diketahui bahwa hasil akhir dari pencampuran dua karakter vokal ini tidak terpisah melainkan ia menjadi kesatuan yang utuh.

Untuk baiknya, memang hal ini perlu latihan khusus olah vokal mulai dari pernafasan sampai dengan latihan articulasi. Kembali kepada uraian awal bahwa di dunia nasyid perkusi koor umumnya menggunakan vokal 'LA'. Setelah kita ketahui bagaimana bunyi vokal 'a', maka kita hanya akan mencampurkan sebuah huruf konsonan di depan karakter vokal 'a' tersebut. Dan hasil akhir dari pencampuran itu adalah"l"+"a"+"o"=lo'ao-a'. Mungkin memang sedikit sulit. Namun apabila teknik ini telah dikuasai dengan benar, maka kecil kemungkinan akan terjadi suara serak, fals ataupun suara koor yang lemah. Dan intensitas suara koor akan mampu untuk berdampingan dengan suara alunan perkusi rebana. Selamat mencoba buat para Sahabat Nasyider.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Kamis, 20 Januari 2011

CARA MEMBACA TANDA LISAN PADA PERKUSI REBANA

Tanda Lisan yang khusus diperkenalkan dalam dunia musik perkusi rebana nasyid adalah untuk mempermudah menghafal bentuk kaidah suatu pukulan dengan media suara. Bagi seseorang yang tidak mengetahui pola notasi balok, maka dengan cara ini akan lebih mudah mengerti tanpa harus membuka buku musik untuk mempelajari pola yang terdapat dalam karakter notasi balok.

Tanda Lisan ini tidak dikenal dalam dunia musik, bahkan juga tidak populer di kalangan seniman nasyid perkusi. Saya merancangnya didorong oleh pengalaman bahwa terlalu banyak menyita waktu untuk mengajarkan pola notasi balok kepada anak didik saya, sementara saat saya menggunakan metode Tanda Lisan ini waktu memahamkannya relatif singkat dengan hasil yang sama saat menggunakan pola notasi balok.

Mungkin Sahabat Nasyider juga baru kali ini mendengar metode ini. Tapi saya yakin bahwa setelah beberapa kali membaca penjelasannya, saya yakin dalam waktu yang singkat Sahabat Nasyider akan dapat mengaplikasikannya dalam latihan nasyid. Jika Sahabat Nasyider tertarik ingin mencobanya, silakan download tutorialnya di blog sederhana ini.

Jumat, 14 Januari 2011

APA SAJAKAH KRITERIA PENILAIAN FESTIVAL NASYID PERKUSI ( REBANA ) INDONESIA ?

Assalamu'alaikum wr. wb.

Saat ini seni nasyid (bukan acapella) sudah dikenal luas di Indonesia. Kata orang seni ini sangat "tradisional" sehingga ada yang skeptis bahwa seni ini tidak akan bisa bertahan apalagi mendapat tempat di hati remaja. Wallahua'lam.

Terlepas dari itu, saat ini mungkin banyak TIMNAS (Tim Nasyid) yang tidak tahu apa yang dinilai oleh juri ketika mereka sedang mengikuti festival. Apa sajakah yang perlu diperhatikan saat menjadi peserta dalam Festival Seni Nasyid Perkusi (Rebana) Indonesia ? Berikut penjabaran kriteria norma-norma penilaian :

a. Bidang Vokal I (Vokalis) :
1). Fashohah / Vonetik :
Kefasihan dalam mengucapkan huruf demi huruf (makhraj), kata demi kata, sesuai dengan aturan ketentuan bahasa yang dikehendaki oleh bahasa seni, sehingga selain mudah difahami makna dan maksudnya, juga memiliki keindahan dan kesan estetika seni.
2). Artikulasi dan Aksentuasi :
Kejernihan dan ketepatan pengucapan bunyi A, I, U, E, O dan E. Jelas / tidaknya menggunakan organ vokal, aksen bahasa pada kata kalimat. Kata kalimat yang dikehendaki, menurut bahasa yang terkandung dalam syair lagu sesuai/tidaknya dengan kehendak/karakter lagu.
3). Ketetapan Ucapan dan Maqom :
Ketetapan ucapan menurut susunan syair lagu yang dibawakan, tepat/tidaknya mengucapkan kata/suku kata dengan rhytme dan biramanya sesuai kehandak lagu.Serta ketetapan dalam membawakan irama lagu berdasarkan maqom yang terkandung di dalamnya.
4). Phrasering / Pengaturan Nafas dan Pemenggalan :
Pengaturan Nafas, kehalusan dan keluwesan, cara pengambilan nafas, sampai/tidaknya nafas, ketepatan pengambilan nafas dengan kata/kalimat sehingga sesuai dengan kaedah bahasa qasidah serta penguasaan tekhnik vokal.
5). Variasi :
Kemampuan menciptakan improfisasi pada irama lagu, namun tetap mempertahankan ketepatan dan keseimbangan yang koheren terhadap maqom,tempo,dinamika aksentuasi maupun phrasering.

b. Bidang Vokal II (Solois Dan Koor Pemain Perkusi) :
1). Teknik Vokal :
Matang /mentahnya suara nyayian, kejernihan suara, kehalusan suara, keindahan suara, pengendalian resonansi, kestabilan penerapan teknik vokal, balans dan harmonisasi pada koor, ketepatan interval peralihan oktaf/falseto dan accord nada (triol).
2). Nada/Shout :
Pengambilan nada, kestabilan nada, produksi nada, luas jangkauan nada, kejernihan nada, kesegaran nada, grizzando (keluwesan dalam beralih dari nada tinggi ke nada rendah dan sebaliknya) fals, tidaknya.
3). Volume dan Dinamika :
Kemantapan volume suara, tebal tipisnya suara, keras pelannya suara, kestabilan pengendalian volume suara, cara menggunakan pengeras suara/mic sesuai dengan volume suaranya, penerapan dinamik sesuai dengan kehendak lagu/karakter lagu.
4). Sonoritas / Warna suara :
Baik/tidaknya warna/jenis suara yang disajikan, misalnya :Head Voice, Nack Voice, Stomach Voice, Breast Voice, sesuai dan tidaknya penerapan jenis/warna suara dengan jenis lagu serasi dan tidaknya dengan ketentuan golongan timbre/wilayah suara.

c. Bidang Pembawaan (Solois Dan Pemain Perkusi) :
1). Penjiwaan :
Kemampuan pembawa lagu (solis) dan pengiringnya menjadikan isi lagu seolah-olah telah menyatu dalam jiwanya dan dapat menafsirklan lagu yang dibawakan secara tepat.
2). Ekspresi :
Ungkapan yang terlahir melalui mimik (vertical/horizontal), wajah,dan penghayatan yang disesuaikan dengan karakter lagu.
3). Keseimbangan gerak/gaya :
Keseimbangan vokal dengan gaya, gerak dan tingkah laku (balance) dengan bunyi-bunyian yang digambarkan sepanjang membawakan lagu.
4). Komunikasi :
Penguasaan pembawa lagu atau pengiringnya memikat/memukau penonton sehingga terjadi satu ikatan yang erat dan terjalin.

d. Bidang Penampilan (Solois Dan Pemain Perkusi) :
1). Naik/turun pentas :
Kerapian naik/turun pentas, bersikap anggun dan luwes, terasa bangkitnya rasa simpatik dari publik, termasuk kedinamisan gerak menuju posisi yang diinginkan.
2). Posisi/Group :
Penempatan awal/akhir group yang bersangkutan hendaknya posisi yang dapat memberi arti tentang defenisi, dengan tidak meninggalkan keciriannya sebagai seniman atau seniwati musik.
3). Formasi / Bloking :
Letak group yang artistik (harmonis dan dinamis), tertata dengan manis karena estetika tercantum didalamnya. Kerangka formasi/bloking yang punya arti dan dapat teranalisa di dalam interprestasi juri.
4). Pengolahan pentas dan akting.
Penjelajahan pentas secara akurat di dalam keseibmangan irama dengan langkah kaki, dengan tidak meninggalkan tujuan bentuk formasi yang akan dibentuk dan keserasian luas pentas, memberi gaya dan senafas dengan lagu, gerakan/acting dituntut agar tidak berlebihan sesuai dengan aqidah seni aqidah yang bernafaskan agama islam.

e. Bidang Instrument (Pemain Perkusi) :
1). Teknis Permainan :
Cara memainkan alat instrument (musik rebana dan tambourin), cara pengolahan teknik permainan antara rebana satu, dengan rebana lainnya sehingga dapat melahirkan irama musik ansamble percussi yang harmonis dan dinamis.
2). Tempo/kekompakan :
Penyesuaian tempo dengan karakter lagu dengan kekompakan instrument satu dengan yang lainnya sehingga melahirkan bunyi musik/instrument yang serasi di dengar dalam mengiringi lagu yang sedang dibawakan.
3). Rytme / Irama :
Penyajian musik yang dapat memberikan irama konsonan (irama tenang) dan disonan (irama tenang yang harmonis) dalam bentuk bunyian dari alat lain yang sama dengan rytme dan iramanya, menampilkan sebuah kematangan tempo yang tersusun berdasarkan kaidah 4/4 atau 3/4.
4). Textur / volume / nada :
Penyajian bunyi instrumen dan pengendalian volume disesuaikan dengan karakter lagu dan selaras dengan dinamika lagu, perpaduan bunyi antara keras / pelannya satu alat lain tidak menghalangi antara bunyi satu alat dengan alat lainnya. Penyajian nada rebana yang sesuai dengan qaidah accord instrument rebana.
5). Variasi :
Kemampuan menata instrumentasi kontemporer yang melingkupi dinamika musikal dan tetap harmonis terhadap maqom lagu dan jenis tempo.

f. Bidang Kostum/Make Up (Solois Dan Pemain Perkusi) :
1). Keserasian warna :
Keserasian perpaduan warna-warni corak busana kostum seperti baju kebaya/kain panjang, kemeja/celana, yang dipakainya dengan alat-alat yang dibawanya adalah keserasian dengan suasana dan tata pentas serta lagu yang dibawakan.
2). Keserasian Mode :
Keserasian mode pakaian (kostum) tersebut dengan dipemakainya, cukup sopan sesuai dengan kaidah seni qasidah yang bernafaskan agama Islam.
3). Make-Up :
Keserasian tata rias wajah dengan tata pentas yang sedang ditampilkan dengan tidak meninggalkan ciri khas sebagai seorang muslimah di hadapan penonton.
4). Adab Kepribadian :
Sikap dalam membawakan lagu, keserasian adab/kepribadian dengan kaidah lagu yang dibawakan dan sopan dalam pendangan Islam.